Saturday, April 10, 2021

Jejak sang mozaik: Imam Za'far shadiq bin Mohammad bin Ali bin Husain.

 IMAM JA'FAR ASHADIQ


Ia dilahirkan di Madinah pada tanggal 17 Rabiul Awwal 83 Hijriyah atau kurang lebih pada tanggal 20 April 702 Masehi. Ia merupakan anak sulung dari Muhammad al-Baqir, sedangkan ibunya bernama Fatimah (beberapa riwayat menyatakan Ummu Farwah) binti al-Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar. Melalui garis ibu, ia dua kali merupakan keturunan Abu Bakar, karena al-Qasim menikahi putri pamannya, Abdurahman bin Abu Bakar. Ia dilahirkan pada masa pemerintahan Abdul-Malik bin Marwan, dari Bani Umayyah.



Keluarga[sunting | sunting sumber]

Ia memiliki saudara satu ibu yang bernama Abdullah bin Muhammad. Sedangkan saudara lainnya yang berlainan ibu adalah Ibrahim dan Ubaydullah yang beribukan Umm Hakim binti Asid bin al-Mughirah. Ali dan Zaynab beribukan wanita hamba sahaya, dan Umm Salamah yang beribukan wanita hamba pula.


Memiliki keturunan selanjutnya:[1]

  1. Isma'il al-Aaraj (Imam ke-7 menurut Ismailiyah)
  2. Musa al-Kadzim (Imam ke-7 menurut Dua Belas Imam)
  3. Ishaq al-Mu'taman[1]
  4. Muhammad al-Dibaj, yang mendeklarasikan dirinya sebagai Amirul Mukminin setelah Salat Jumat pada tanggal 6 Rabiul akhir 200 Hijriyah, dan kemudian berperang melawan Khalifah Abbasiyah pada saat itu, al-Ma'mun, tetapi dengan cepat ia tertangkap dan dibawa ke Khurasan.[2]
    1. Qasim[3]
      1. Abdullah
      2. Yahya
    2. Ali[4]
  5. Ali al-Uraidhi, menetap di kota Uraidh dekat Madinah.


Anak perempuan[sunting | sunting sumber]

  1. Fatimah binti Ja'far
  2. Asma binti Ja'far
  3. Ummu Farwah binti Ja'far

Kehidupan awal[sunting | sunting sumber]

Sejak kecil hingga berusia sembilan belas tahun, ia dididik langsung oleh ayahnya. Setelah kepergian ayahnya yang syahid pada tahun 114 H, ia menggantikan posisi ayahnya sebagai Imam bagi kalangan Muslim Syi'ah.

Pada masa remajanya, Ja'far ash-Shadiq, turut menyaksikan kejahatan dinasti Bani Umayyah seperti Al-Walid I (86-89 H) dan Sulaiman (96-99 H). Kedua-dua bersaudara inilah yang terlibat dalam konspirasi untuk meracuni Ali Zainal Abidin, pada tahun 95 Hijriyah. Saat itu Ja'far ash-Shadiq baru berusia kira-kira 12 tahun. Ia juga dapat menyaksikan keadilan Umar II (99-101 H). Pada masa remajanya Ja'far ash-Shadiq menyaksikan puncak kekuasaan dan kejatuhan dari Bani Umayyah.

Meninggalnya[sunting | sunting sumber]

Ia meninggal pada tanggal 25 Syawal 148 Hijriyah atau kurang lebih pada tanggal 4 Desember 765 Masehi di Madinah, menurut riwayat dari kalangan Syi'ah, dengan diracun atas perintah Khalifah Mansur al-Dawaliki dari Bani Abbasiyah.

Mendengar berita meninggalnya Ja'far ash-Shadiq, Al-Mansur menulis surat kepada gubernur Madinah, memerintahkannya untuk pergi ke rumah Imam dengan dalih menyatakan belasungkawa kepada keluarganya, meminta pesan-pesan Imam dan wasiatnya serta membacanya. Siapapun yang dipilih oleh Imam sebagai pewaris dan penerus harus dipenggal kepalanya seketika. Tentunya tujuan Al-Mansur adalah untuk mengakhiri seluruh masalah keimaman dan aspirasi kaum Syi'ah. Ketika gubernur Madinah melaksanakan perintah tersebut dan membacakan pesan terakhir dan wasiatnya, ia mengetahui bahwa Imam telah memilih empat orang dan bukan satu orang untuk melaksanakan amanat dan wasiatnya yang terakhir; yaitu khalifah sendiri, gubernur Madinah, Abdullah Aftah putranya yang sulung, dan Musa al-Kadzim putranya yang bungsu. Dengan demikian rencana Al-Mansur menjadi gagal.

Ia dimakamkan di pekuburan Baqi'Madinah, berdekatan dengan Hasan bin AliAli Zainal Abidin, dan ayahnya Muhammad al-Baqir.


Masa keimaman[sunting | sunting sumber]

Situasi politik pada zaman itu sangat menguntungkannya, sebab di saat itu terjadi pergolakan politik di antara dua kelompok yaitu Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah yang saling berebut kekuasaan. Dalam situasi politik yang labil inilah Ja'far ash-Shadiq mampu menyebarkan dakwah Islam dengan lebih leluasa. Dakwah yang dilakukannya meluas ke segenap penjuru, sehingga digambarkan muridnya berjumlah empat ribu orang, yang terdiri dari para ulama, para ahli hukum dan bidang lainnya seperti, Abu Musa Jabir Ibn Hayyan, di Eropa dikenal dengan nama Geber, seorang ahli matematika dan kimia, Hisyam bin al-Hakam, Mu'min Thaq seorang ulama yang disegani, serta berbagai ulama Sunni seperti Sofyan ats-Tsauri, Abu Hanifah (pendiri Mazhab Hanafi), al-Qodi As-Sukuni, Malik bin Anas (pendiri Mazhab Maliki) dan lain-lain.

Di zaman Imam Ja'far, terjadi pergolakan politik dimana rakyat sudah jenuh berada di bawah kekuasaan Bani Umayyah dan muak melihat kekejaman dan penindasan yang mereka lakukan selama ini. Situasi yang kacau dan pemerintahan yang mulai goyah dimanfaatkan oleh Bani Abbasiyah yang juga berambisi kepada kekuasaan. Kemudian mereka berkampanye dengan berkedok sebagai "para penuntut balas dari Bani Hasyim".

Bani Umayyah akhirnya tumbang dan Bani Abbasiyah mulai membuka kedoknya serta merebut kekuasaan dari Bani Umayyah. Kejatuhan Bani Umayyah serta munculnya Bani Abbasiyah membawa babak baru dalam sejarah. Selang beberapa waktu, ternyata Bani Abbasiyah memusuhi Ahlul Bait dan membunuh pengikutnya. Imam Ja'far juga tidak luput dari sasaran pembunuhan. Pada 25 Syawal 148 H, Al-Mansur membuat Imam syahid dengan meracunnya.


Pesan Moral Sayyidina Ja’far As-Shadiq kepada Imam Sufyan At-Tsauri

Imam Sufyan Ats-Tsauri (716 M/96 H-778 M/161 H), salah seorang ulama fiqih dan tasawuf terkemuka pada zamannya pernah meminta wejangan kepada Imam Ja’far As-Shadiq bin Muhammad bin Ali bin Husain bin Ali bin Abu Thalib (702 M/83 H-765 M/148), pendiri Mazhab Ja’fari.


Meminta nasihat kepada orang yang lebih tua merupakan bagian akhlak dan kelaziman orang-orang saleh. Selain karena lebih tua, Imam Ja’far adalah juga orang saleh dan berilmu. Kesempatan pertemuan ini tidak dilewatkan begitu saja oleh Imam Sufyan yang juga terkenal saleh dan berilmu.


*


“Wahai cucu Rasulullah, nasihatilah aku,” kata Imam Sufyan.


“Wahai Sufyan, tiada harga diri bagi orang pendusta, tiada kesenangan hati bagi orang pendengki, tiada persahabatan bagi orang yang mudah bosan, tiada kepemimpinan bagi orang yang berakhlak buruk,” kata Imam Ja’far.


“Wahai cucu Rasulullah, tambahkanlah nasihat tersebut,” kata Imam Sufyan.


“Wahai Sufyan, jagalah dirimu dari larangan Allah, niscaya kau menjadi hamba (yang baik). Ajari hatimu untuk ridha atas takdir Allah, niscaya kau menjadi muslim (yang baik). Bergaullah dengan orang lain dengan cara yang baik sebagaimana kau menginginkan mereka memperlakukanmu dengan baik, niscaya kau menjadi muslim (yang baik). Jangan kau bergaul dengan orang durhaka karena ia akan ‘mengajarimu’ kedurhakaannya (sebagaimana dalam hadits Rasulullah SAW, ‘Seseorang dapat dilihat dari beragama sahabatnya. Oleh karenanya, perhatikanlah kepada siapa kamu bersahabat.’) Bermusyawarahlah dengan orang yang takut kepada Allah untuk memberi pertimbangan dalam putusanmu,” kata Imam Ja’far.


“Wahai cucu Rasulullah, tambahkan lagi nasihat itu,” kata Imam Sufyan.


“Wahai Sufyan, siapa saja yang menginginkan kemuliaan tanpa karib kerabat/kabilah (di tengah masyarakat komunal) dan wibawa tanpa kekuasaan, hendaklah ia keluar dari rendah kemaksiatan Allah menuju ketaatan-Nya,” kata Imam Ja’far.


“Wahai putra Rasulullah, tambahkan lagi nasihatmu,” kata Imam Sufyan.


“Ayahku mengajariku tiga hal, ‘Anakku, orang yang bersahabat dengan orang jahat tidak akan selamat. Siapa saja yang masuk melalui tempat jalan yang buruk, maka ia akan dituduh. Orang yang tidak dapat menguasai ucapannya akan menyesal di kemudian hari,’” kata Imam Ja’far.


*


Pesan-pesan moral Sayyidina Imam Ja’far As-Shadiq kepada Imam Sufyan Ats-Tsauri ini tidak main-main. Semua pesannya mengandung nilai-nilai mutiara yang bermutu tinggi. Pesan moral ini disampaikan oleh orang saleh dan berilmu kepada orang yang juga saleh dan berilmu.


Kisah ini dikutip dari Kitab Mukasyafatul Qulub karya Imam Al-Ghazali, (Beirut, Darul Fikr: 2019 M/1440 H), halaman 198. Wallahu a’lam. (Alhafiz Kurniawan)


Wednesday, January 20, 2021

Radio: tip yang top.

 MANFAAT ALFUKAT.

Manfaat buah alfukat

Daging alpukat

Biji alpukat.

Kulit alpukat.











Beberapa manfaat alpukat untuk kesehatan kulit Anda, di antaranya: 


1. Menenangkan kondisi kulit Kepala Departemen Ilmiah LaFlore Probiotic Skincare Maya Ivanjesku pada Healthline mengatakan bahwa lemak, vitamin, dan senyawa lain dalam alpukat membantu mempercepat perbaikan kondisi kulit kronis seperti eksim dan


Ivanjesku juga mengatakan, nutrisi dalam alpukat juga memperbaiki kulit pecah-pecah dan mengeluarkan warna kulit.

 2. Mencegah penuaan dan kerutan Dilansir dari Healthline, sebuah penelitian yang dilakukan tahun 2011 menunjukkan bahwa alpukat mengandung senyawa yang dapat membantu melindungi kulit dari kerusakan akibat sinar matahari dan peradangan. Kerusakan yang disebabkan ultraviolet (UV) pada kulit bisa menyebabkan keriput dan tanda penuaan lainnya. Alpukat juga kaya dengan vitamin C dan E yang membantu membuat kulit lebih sehat. Selain itu, kedua kandungan tersebut juga diketahui mampu menangkal radikal bebas.


Hal ini membuat kulit Anda akan terlihat lebih muda. Manfaat ini makin terlihat karena kandungan antioksidan dalam buah berwarna hijau kekuningan itu.


3. Membuat kulit bercahaya Dirangkum dari NDTV Food, kandungan antioksidan dan vitamin dalam alpukat sangat penting untuk membantu menyehatkan kulit dan membuatnya bercahaya

. 4. Kulit menjadi halus dan kenyal Selain kandungan antioksidan dan vitamin, alpukat juga kaya akan beberapa asam lemak esensial.


Nutrisi tersebut diketahui mampu membantu menjaga kulit tetap kenyal dan lembut. Hal ini dibuktikan oleh penelitian tahun 2010 yang dilakukan pada 700 perempuan. Penelitian ini mengamati hubungan kondisi kulit dan asupan lemak dan antioksidan mikro. 5. Melembapkan kulit Nutrisi penting lain yang terdapat dalam alpukat di antaranya adalah betakaroten, lesitin, dan asam linoleat. Kandungan-kandungan tersebut bersama dengan vitamin E dapat membantu melembapkan kulit Anda.

Alpukat juga sumber biotin, yang merupakan bagian dari vitamin B kompleks. Biotin dikenal untuk membantu mencegah kulit kering ketika dioleskan. Ini juga dapat membantu mencegah rambut dan kuku rapuh.

6. Meminimalkan jerawat Konsumsi alpukat juga diketahui baik untuk meminimalkan jerawat. Ini karena kandungan asam lemak yang kaya akan sifat anti-inflamasi dan antimikroba.

Manfaat Biji Alpukat, Menurunkan Kolesterol hingga Cegah Penyakit Jantung
  • Sumber Antioksidan. www.grouponworks.com. ...
  • Memperbaiki Masalah Pencernaan. ...
  • Mencegah Terjadinya Ketidakseimbangan Gula Darah. ...
  • Mengurangi Peradangan. ...
  • Menghambat Infeksi Jamur. ...
  • Mengurangi Kolesterol dan Mencegah Penyakit Jantung. ...
  • Mencegah Kanker.

Berikut adalah manfaat kulit alpukan untuk kecantikan seperti yang sudah tim ANTVklik rangkum dari berbagai sumber

1. Menghilangkan Kulit .


Kulit kusam adalah salah satu masalah yang besar bagi sebagian wanita. Hampir semua orang khususnya wanita tidak ingin memilikinya.

Sebagian orang terutama wanita berlomba-lomba melakukan berbagai jenis perawatan dengan berbagai jenis alat kosmetik agar terhindar dari kulit yang kusam.

Padahal ada cara alami untuk menghilangkan kulit kusam yaitu dengan menggunakan kulit alpukat sebagai pengangkat kekusaman di kulit anda.

2. Mencegah Jerawat.

Kulit alpukat diketahui dapat membantu penyerapan minyak dari wajah. Daya serap minyak melalu kulit alpukat dapat membuat kulit tidak mudah berjerawat.

Selain itu, kulit alpukan juga dapat digunakan untuk menjaga kesehatan. Jadi mulailah menggunakan kulit alpukat pada wajah anda untuk dapat mencegah jerawat berlebih yang dapat muncul.

3. Menghilangkan Bekas Jerawat

Bekas jerawat merupakan satu lagi jenis permasalahan kulit yang seringkali membuat seseorang menjadi kurang percaya diri.

Ada banyak penyebab kulit menjadi menghitam dan membuat seseorang menjadi tidak cerah kembali. Jerawat juga dapat menghilangkan bekas yang berlubang-lubang.

Kulit alpukat dipercai sebagai salah satu cara untuk membantu pemulihan kulit . Kulit anda pun dapat kembali seperti semula sebelum berjerawat.

4. Memutihkan Wajah Secara Alami.

Kecerahan kulit akan lebih aman jika ditingkatkan dengan penjagaan secara alami. Memanfaatkan kulit alpukat sebagai obat pencerah wajah.

Aplikasikan kulit alpukat secara rutin pada kulit anda untuk membuat wajah anda semakin cerah dan semakin indah setiap waktunya.

5. Menjadi Pembersih Alami

Selain buahnya yang enak, kulit alpukat dapat dimanfaatkan sebagai pembersih wajah secara alami.

Jika anda memiliki masalah dalam memilih pembersih wajah, anda dapat menggunakan kulit alpukat sebagai pembersih wajah anda.

Gunakanlah kulit alpukat pada wajah anda dengan cara diusap atau digosokkan pada wajah. Kulit alpukat mampu mengangkat kotoran wajah dengan maksimal.

6. Membuat Kulit Merona Merah.


Kulit merona merah dapat menjadi alasan meningkatnya kecantikan seseorang berkali kali lipat.

Alasannya adalah karena kulit yang merona ini akan memancarkan sinar dari wajah dan tidak tertutupi lagi oleh efek kusam dan gelap. Semua orang khususnya wanita pasti ingin memiliki wajah yang merah merona.

Belum lagi jika kulit merona bukan hanya di wajah saja, tetapi juga di seluruh permukaan kulit lainnya. Menggunakan kulit alpukat dapat membuat anda tetap tampil cantik dan merona.

7. Menjaga Kadar Minyak Normal Kulit

Kulit yang berminyak akan menyebabkan banyak kerugian. Berbagai kerugian tersebut dapat dimulai dari bagaimana seseorang lebih mudah berjerawat dan juga make up yang sulit teraplikasi dengan baik.

Itulah sebabnya penting untuk mencegah kulit berminyak berlebihan pada wajah anda. Tentu saja anda dapat mengatasinya dengan manfaat rebusan daun alpukat cara yang tepat.

Cara tersebut adalah dengan menggunakan kulit alpukat dan aplikasikan pada wajah anda. Minyak berlebih di wajah anda pun dapat diserap dengan maksimal dan dicegah lagi kemunculannya.

MENCEGAH IRITASI

Iritasi kulit sangat mungkin terjadi khususnya bagi anda yang kurang berhati hati mengaplikasikan produk pada wajah. Iritasi kulit ternyata dapat dicegah dengan maksimal.

Caranya adalah dengan memberikan perlindungan alami berupa penggunaan masker wajah dari kulit alpukat. Kulit alpukat mampu memberikan kesehatan untuk wajah secara maksimal.

MENYAMARKAN KERUTAN.

Kerutan wajah juga sering muncul sebagai tanda bahwa kamu dan kulit kamu sudah mulai tua, atau dengan kata lain penuaan dimulai dari munculnya kerutan-kerutan di wajah.

Kulit alpukat diketahui memiliki nutrisi yang sangat kaya. Jika kamu aplikasikan pada kulit wajah kamu, maka kandungan nutrisi pada kulit alpukat akan menyerap pada kulit wajah dan dapat membantu menyamarkan kerutan pada wajah kalian.

10. Mengangkat Sel Kulit Mati

Adanya sel kulit mati di kulit kalian menjadi penyenyebab utama kulit kalian tidak terlihat begitu sehat dan bersih. Anda dapat memanfaatkan alpukat untuk mengangkat sel kulit mati dan membantu meregenerasi kembali.

Kulit alpukat dapat anda olah menjadi masker untuk kemudian dioleskan pada permukaan wajah anda. Anda pun akan memiliki kulit yang lebih bersinar, karena sel kulit mati penyebab kulit kusam telah diatasi dengan maksimal.

Jadi jangan ragu lagi untuk selalu menggunakannya sesuai kebutuhan anda.



Friday, January 15, 2021

RADIO : Jejak sang mozaik/Sauda bin Zamah

  SAUDA BIN ZAM'AH.








Saudah binti Zam’ah

Saudah binti Zam’a Istri yang Taat dan Menyenangkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam

NAMA DAN NASABNYA

Dia adalah ummul mukminin Saudah bintu Zama’ah bin Qois bin Abdu Syams bin Abdu Wudd Al-Amiriyyah radhiallahu’anha. Ibunya adalah Syamusy bintu Qois bin Zaid An-Najjariiyyah. Dia adalah wainta yang dinikahi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sepeninggal Khadijah radhiallahu’anha, kemudian menjadi istri satu-satunya bagi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk berumah tangga dengan Aisyah.

SIFAT-SIFATNYA

Dia termasuk golongan wanita yang agung dan mulia nasabnya. Tergolong para wanita yang cerdas akalnya. Perawakannya tinggi dan besar. Termasuk istri yang menyenangkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan kesegaran candanya.

PERNIKAHANNYA DENGAN RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM

Sebelum menikah dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Saudah telah menikah dengan Sakran bin Amr Al-Amiry, mereka berdua masuk Islam dan kemudian berhijrah ke Habasyah bersama dengan rombongan sahabat yang lainnya.

Ketika Sakran dan istrinya Saudah tiba dari Habasyah maka Sakran jatuh sakit dan meninggal. Maka jadilah Saudah menjanda. Kemudian datanglah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meminang Saudah dan diterima oleh Saudah dan menikahlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan Saudah pada bulan Ramadhan tahun 10 Hijriyah.

Saudah adalah tipe seorang istri yang menynangkan suaminya dengan kesegaran candanya, sebagaimana dalam kisah yang diriwayatkan oleh Ibrahim AN-Nakha’i bahwasanya Saudah berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah tadi malam aku shalat di belakangmu, ketika ruku’ punggungmu menyentuh hidungku dengan keras, maka aku pegang hidungku karena takut kalau keluar darah,” maka tertawalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Ibrahim berkata, Saudah biasa membuat tertawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan candanya. (Thobaqoh Kubra, 8:54).

Ketika Saudah sudah tua Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berniat hendak mencerainya, maka Saudah berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah janganlah Engkau menceraikanku. Bukanlah aku masih menghendaki laki-laki, tetapi karena aku ingin dibangkitkan dalam keadaan menjadi istrimu, maka tetapkanlah aku menjadi istrimu dan aku berikan hari giliranku kepada Aisyah.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabulkan permohonannya dan tetap menjadikannya salah seorang istrinya sampai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal. Dalam hal ini turunlah ayat Alquran,

وَإِنِ امْرَأَةٌ خَافَتْ مِن بَعْلِهَا نُشُوزًا أَوْ إِعْرَاضًا فَلاَجُنَاحَ عَلَيْهِمَآ أَن يُصْلِحَا بَيْنَهُمَا صُلْحًا وَالصُّلْحُ خَيْرٌ وَأُحْضِرَتِ اْلأَنفُسُ الشُّحَّ وَإِن تُحْسِنُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ اللهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا

Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi kedauanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik.” (QS. An-Nisa: 128)

KEUTAMAAN-KEUTAMAANNYA

Aisyah berkata, “Saudah meminta izin kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada waktu malam Muzdalifah untuk berangkat ke Mina sebelum berdesak-desakkannya manusia. Dia adalah perempuan yang berat jika berjalan, sungguh kalau saat itu aku meminta izin kepadanya lebih aku sukai daripada orang yang dilapangkan.” (Thobaqoh Kubra, 8:54)

Aisyah berkata, “Aku tidak pernah melihat wanita yang paling aku ingin sekali menjadi dia daripada Saudah bintI Zam’ah, ketika dia tua dia berikan gilirannya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepadaku.” (Shahih Muslim, 2:1085)

Di antara keutamaan Saudah adalah ketaatan dan kesetiaannya yang sangat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Di antara keutamaan Saudah adalah ketaatan dan kesediaannya yang sangat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ketika haji wada’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada istri-istrinya, “Ini adalah saat haji bagi kalian kemudian setelah ini hendaknya kalian menahan diri di rumah-rumah kalian,” maka sepeninggal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam Saudah selalu di rumahnya dna tidak berangkat haji lagi sampai dia meninggal. (Sunan Abu Dawud 2:140)

Suatu saat Sa’ad bin Waqqash dan Abd bin Zam’ah saudara laki-laki Saudah berebut seorang anak di hapadan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Sa’ad berkata, “Wahai Rasulullah ini adalah anak saudaraku Utbah bin Abi Waqqash yang telah diserahkan kepadaku semasa hidupnya, lihatlah kemiripannya dengannya,” Abd bin Zam’ah berkata, “Wahai Rasulullah ini adalah saudaraku karena dilahirkan di ranjang bapakku dari budak perempuannya,” maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat anak tersebut dan merasakan kemiripannya yang sangat dengan Utbah bin Abi Waqqash, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Dia adalah milikmu wahai Abd. Anak adalah bagi pemilik ranjang, dan yang berzina terhalang darinya, dan berhijablah Engkau darinya wahai Saudah!” Aisyah berkata, “Maka anak itu tidak pernah melihat Saudah sesudah itu.” (Shahih Bukhari,  2:773 no  6749 dan Shahih Muslim, 2:1080)

Aisyah berkata, “Sesudah turun ayat hijab keluarlah Saudah di waktu malam untuk menunaikan hajatnya. Dia adalah wanita yang berperawakan tinggi besar sehingga mudah sekali dibedakan dari wanita yang lainnya. Saat itu Umar melihatnya dan berkata, “Wahai Saudah demi Allah kami tetap bisa mengenalimu,” maka lihatlah bagaimana Engkau keluar, maka Saudah segera kembali dan menuju kepada Rasulullah yang waktu itu di rumah Aisyah. Pada saat itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang makan malam, di tangannya ada sepotong daging, maka masuklah Saudah kepadanya seraya berkata, “Wahai Rasulullah sesungguhnya aku keluar untuk sebagai keperluanku dalam keadaan berhijab tetapi Umar mengatakan ini dan itu,” maka saat itu turunlah wahyu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Sesungguhnya telah diizinkan bagi kalian para wanita untuk keluar menunaikan hajatmu.” (Shahih Bukhari, 1:67 no. 4795 dan Shahih Muslim 4:1709)

Saudah terkenal juga dengan kezuhudannya, ketika Umar mengirim kepadanya satu wadah berisi dirham, ketika sampai kepadanya maka dibagikannya (Thobaqoh Kubra, 8:56 dan Dishahihkan sanadnya oleh Ibnu Hajar dalam Al-Ishobah, 7:721).

PERAN SAUDAH BINTI ZAMA’AH DI DALAM PENYEBARAN SUNNAH-SUNNAH RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM

Saudah termasuk deretan istri-istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menghafal dan menyampaikan sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hadis-hadisnya diriwayatkan oleh para imam yang terkemuka seperti Ahmad, Bukhari, Abu Dawud dan Nasai.

WAFATNYA

Saudah meninggal di akhir kekhilafan Umar di Madinah tahun 54 Hijriyah. Sebelum dia meninggal, dia mewasiatkan rumahnya kepada Aisyah. Semoga Allah meridhainya dan membalasnya dengan kebaikan yang melimpah.

Sumber: Majalah Al-Furqon, Edisi 04 Tahun ke-3 Shafar 1425 H



Read more https://kisahmuslim.com/1834-saudah-binti-zamah.html

Monday, December 14, 2020

Friday, December 11, 2020

Radio: Jejak sang mozaik

 

FATIMAH AL FIHRI




Kisah keteladannya akan tetap dikenang sepanjang masa. Cerita tentang kedermawanan, kesahajaan, dan komitmen melaksanakan ajaran-ajaran agama akan selalu diingat, persis seperti keyakinannya soal sedekah jariyah yang pahalanya mengalir meski hayat tak lagi di kandung badan.

Fatimah al-Fihri memutuskan mewakafkan sebagian besar harta warisannya yang ia terima dari almar hum ayahnya, Muhammad al- Fihri, untuk mendirikan Masjid al- Qarawiyyin. Sebuah masjid yang kelak menjadi cikal bakal universitas pertama di Maroko dan dunia Islam.

Perempuan itu lahir dari keluarga Fihri pada 800 M. Fatimah konon terkenal dengan jiwa pebisnis dan saudagar sukses,

Semasa kecil, ia dan adik semata wayangnya, Maryam, hijrah dari kota kelahirannya Kairouan Tunisia ke Fes, Maroko, bersama keluarga besar.

Di kota ini, mereka sukses berdagang dan menjadi salah satu pebisnis ternama. Agama merupakan ruh utama di keluarga besar Fihri. Meski terkenal kaya, mereka tak antisosial. Seringkali menggelar kegiatan amal dengan melibatkan para dhuafa.

Fatimah memang tercatat tidak pernah belajar di luar rumah. Keluarga adalah madrasah utama yang men cetak karakternya selama ini. Sumbangsih monumentalnya terhadap dunia Islam, yakni pendirian Masjid al-Qarawiyyin (al-Karaouine). Kedua bersaudara, Fatimah dan Maryam, memiliki semangat, keinginan, dan misi yang sama.

Keduanya menginginkan agar harta warisan orangtuanya bisa bermanfaat dan pahalanya tetap mengalir. Fatimah berkarya melalui Masjid al-Qarawiyyin, sedangkan Maryam membangun Masjid al-Andalus. Kelak, kedua lokasi tersebut mempunyai posisi dan peran penting dalam penyebaran Islam di Maroko dan Eropa saat itu.

Pembangunan al-Qarawiyyin rampung pada awal Ramadhan 245 H atau bertepatan dengan 30 Juni 859 M. Fatimah yang bergelar Umm al- Baninin mengawasi langsung proses pembangunan masjid yang terkenal pula dengan sebutan Jami’ as-Syurafa’ sejak awal. Mulai dari pemilihan lokasi hingga soal arsitekturnya.

Terkait lokasi masjid, Fatimah me nyadari sepenuhnya arti kota Fes, Maroko. Letaknya yang sangat strategis memungkinkan para sarjana dan cendekiawan

Muslim datang di masjid itu. Fes merupakan kota berpengaruh sepanjang abad dan berposisi sebagai pusat agama dan budaya.

Di tangan Fatimah, proses pembangunan masjid yang berdiri pada masa pemerintahan Dinasti Idrisiyah tersebut penuh dengan kisah-kisah spiritual. Konon, Fatimah berpuasa selama pembangunan berlangsung. Seluruh biayanya berasal dari kantong pribadinya.

Bahkan, ia tak ingin meng ambil material apa pun yang diambil dari orang lain. Pasir dan air sebagai material pokok diperoleh di lokasi tempat masjid berdiri tegak. Se perti yang dinukilkan,Fatimah me merintahkan para pekera agar menggali sedalam-dalamnya untuk mendapatkan pasir sehingga tidak mengambil hak orang lain.


Sejak itulah, al-Qarawiyyin mengundang ketertarikan para sarjana dan cendekiawan Muslim. Kajian ilmu sering berlangsung di sana. Penuntut ilmu pun berdatangan dari penjuru Maroko, negara-negara Arab, bahkan penjuru dunia. Dalam waktu yang singkat, Fes mampu bersanding sejajar dengan pusat ilmu pada masa itu, yaitu Cordova dan Baghdad.

Secara resmi pada masa a-Murabithi para ulama diberikan tugas formal untuk mengajar di al-Qarawiyyin. Data sejarah menyebut sistem pendidikan formal berlangsung di Masjid al- Qarawiyyin pada masa al-Murini. Ketika itu, dibangun banyak unit kelas lengkap dengan fasilitas pengajaran, seperti kursi dan beberapa lemari.


Universitas ini menghasilkan para pemikir ternama. Ada pakar matematika Abu al-Abbas az-Zawawi, pakar bahasa Arab dan seorang dokter Ibnu Bajah, serta pemuka dari Mazhab Maliki, Abu Madhab al-Fasi. Ibnu Khaldun, sosiolog tersohor itu konon juga pernah belajar di kampus ini. Al- Qarawiyyin juga merupakan pusat dialog antara kebudayaan Barat dan Timur.

Seorang filsuf Yahudi Maimonides (Ibn Maimun) belajar di al-Qarawiyyin di bawah asuhan Abd al-Arab Ibnu Muwashah. Demikian pula, al- Bitruji (Alpetragius). Dengan kata lain, Fatimah meninggalkan warisan berharga bagi generasi Muslim di seluruh dunia. Hingga kini, nama sosok yang wafat pada 266 H/ 880 M itu abadi, sekokoh masjid sekaligus universitas (al-Karaouine) yang ia bangun.

Tuesday, December 8, 2020

Radio : Arabic program.

 

Shalahudin Al Ayubi


Yusuf bin Najmuddin al-Ayyubi (Arab: يوسف بن نجم الدين) (c. 1138 - 4 Maret 1193) adalah seorang jenderal dan pejuang muslim Kurdi dari Tikrit (daerah utara Irak saat ini). Ia mendirikan Dinasti Ayyubiyyah di MesirSuriah, sebagian YamanIrakMekkah Hejaz dan Diyar Bakr.

Ia lebih dikenal dengan nama julukannya yaitu, Salahuddin Ayyubi/Saladin/Salah ad-Din (Bahasa Arab: صلاح الدين الأيوبي, Kurdi: صلاح الدین ایوبی). Salahuddin terkenal di dunia Muslim dan Kristen karena kepemimpinan, kekuatan militer, dan sifatnya yang ksatria dan pengampun pada saat ia berperang melawan tentara salib. Sultan Salahuddin Al Ayyubi juga adalah seorang ulama. Ia memberikan catatan kaki dan berbagai macam penjelasan dalam kitab hadits Abu Dawud.


LATAR BELAKANG


Shalahuddin Al-Ayyubi berasal dari bangsa Kurdi.[1] Ayahnya Najmuddin Ayyub dan pamannya Asaduddin Syirkuh hijrah (migrasi) meninggalkan kampung halamannya dekat Danau Fan dan pindah ke daerah Tikrit (Irak). Shalahuddin lahir di benteng Tikrit, Irak tahun 532 H/1137 M, ketika ayahnya menjadi penguasa Seljuk di Tikrit. Saat itu, baik ayah maupun pamannya mengabdi kepada Imaduddin Zanki, gubernur Seljuk untuk kota Mousul, Irak. Ketika Imaduddin berhasil merebut wilayah BalbekLebanon tahun 534 H/1139 M, Najmuddin Ayyub (ayah Shalahuddin) diangkat menjadi gubernur Balbek dan menjadi pembantu dekat Raja Suriah Nuruddin Mahmud. Selama di Balbek inilah, Shalahuddin mengisi masa mudanya dengan menekuni teknik perang, strategi, maupun politik. Setelah itu, Shalahuddin melanjutkan pendidikannya di Damaskus untuk mempelajari teologi Sunni selama sepuluh tahun, dalam lingkungan istana Nuruddin. Pada tahun 1169, Shalahudin diangkat menjadi seorang wazir (konselor).

Di sana, dia mewarisi peranan sulit mempertahankan Mesir melawan penyerbuan dari Kerajaan Latin Jerusalem di bawah pimpinan Amalrik I. Posisi ia awalnya menegangkan. Tidak ada seorangpun menyangka dia bisa bertahan lama di Mesir yang pada saat itu banyak mengalami perubahan pemerintahan di beberapa tahun belakangan oleh karena silsilah panjang anak khalifah mendapat perlawanan dari wazirnya. Sebagai pemimpin dari prajurit asing Syria, dia juga tidak memiliki kontrol dari Prajurit Shiah Mesir, yang dipimpin oleh seseorang yang tidak diketahui atau seorang Khalifah yang lemah bernama Al-Adid. Ketika sang Khalifah meninggal bulan September 1171, Saladin mendapat pengumuman Imam dengan nama Al-Mustadi, kaum Sunni, dan yang paling penting, Abbasid Khalifah di Baghdad, ketika upacara sebelum Salat Jumat, dan kekuatan kewenangan dengan mudah memecat garis keturunan lama. Sekarang Saladin menguasai Mesir, tetapi secara resmi bertindak sebagai wakil dari Nuruddin, yang sesuai dengan adat kebiasaan mengenal Khalifah dari Abbasid. Saladin merevitalisasi perekonomian Mesir, mengorganisir ulang kekuatan militer, dan mengikuti nasihat ayahnya, menghindari konflik apapun dengan Nuruddin, tuannya yang resmi, sesudah dia menjadi pemimpin asli Mesir. Dia menunggu sampai kematian Nuruddin sebelum memulai beberapa tindakan militer yang serius: Pertama melawan wilayah Muslim yang lebih kecil, lalu mengarahkan mereka melawan para prajurit salib.


Dengan kematian Nuruddin (1174) dia menerima gelar Sultan di Mesir. Disana dia memproklamasikan kemerdekaan dari kaum Seljuk, dan dia terbukti sebagai penemu dari dinasti Ayyubid dan mengembalikan ajaran Sunni ke Mesir. Dia memperlebar wilayah dia ke sebelah barat di maghreb, dan ketika paman dia pergi ke Nil untuk mendamaikan beberapa pemberontakan dari bekas pendukung Fatimid, dia lalu melanjutkan ke Laut Merah untuk menaklukan Yaman. Dia juga disebut waliullah yang




Timur Tengah (1190 M.). Wilayah kekuasaan Shalahuddin (warna merah); Wilayah yang direbut kembali dari pasukan salib 1187-1189 (warna merah muda). Warna hijau terang menandakan wilayah pasukan salib yang masih bertahan sampai meninggalnya Shalahuddin.


artinya teman Allah bagi kaum muslim Sunni.

Tahun 559-564 H/ 1164-1168 M. Sejak itu Asaduddin, pamannya diangkat menjadi Perdana Menteri Khilafah Fathimiyah. Setelah pamannya meninggal, jabatan Perdana Menteri dipercayakan Khalifah kepada Shalahuddin Al-Ayyubi.

Shalahuddin Al-Ayyubi berhasil mematahkan serangan Tentara Salib dan pasukan Romawi Bizantium yang melancarkan Perang Salib kedua terhadap Mesir. Sultan Nuruddin memerintahkan Shalahuddin mengambil kekuasaan dari tangan Khilafah Fathimiyah dan mengembalikan kepada Khilafah Abbasiyah di Baghdad mulai tahun 567 H/1171 M (September). Setelah Khalifah Al-'Adid, khalifah Fathimiyah terakhir meninggal maka kekuasaan sepenuhnya di tangan Shalahuddin Al-Ayyubi.

Sultan Nuruddin meninggal tahun 659 H/1174 M, Damaskus diserahkan kepada puteranya yang masih kecil Sultan Salih Ismail didampingi seorang wali. Di bawah seorang wali terjadi perebutan kekuasaan di antara putera-putera Nuruddin dan wilayah kekuasaan Nurruddin menjadi terpecah-pecah. Shalahuddin Al-Ayyubi pergi ke Damaskus untuk membereskan keadaan, tetapi ia mendapat perlawanan dari pengikut Nuruddin yang tidak menginginkan persatuan. Akhirnya Shalahuddin Al-Ayyubi melawannya dan menyatakan diri sebagai raja untuk wilayah Mesir dan Syam pada tahun 571 H/1176 M dan berhasil memperluas wilayahnya hingga Mousul, Irak bagian utara.



Naik ke kekuasaan[sunting | sunting sumber]

Di kemudian hari Salahudin menjadi wazir pada 1169, dan menerima tugas sulit mempertahankan Mesir dari serangan Raja Latin Yerusalem, khususnya Amalric I. Kedudukannya cukup sulit pada awalnya, sedikit orang yang beranggapan ia akan berada cukup lama di Mesir mengingat sebelumnya telah banyak terjadi pergantian pergantian kekuasaan dalam beberapa tahun terakhir disebabkan bentrok yang terjadi antar anak-anak Kalifah untuk posisi wazir. Sebagai pemimpin dari pasukan asing Suriah, dia juga tidak memiliki kekuasaan atas pasukan Syi'ah Mesir yang masih berada di bawah Khalifah yang lemah, Al-Adid. Berakhirnya kekuasaan yang dipimpin khalifah al-adid maka Salahudin pun menguasai mesir dengan sebutan dinasti Ayyubiyah.[2.